Jumat, 19 Oktober 2018

Artikel


JIHAD MENGELOLA CITA-CITA
            Jihad (Arab جهاد) menurut syariat  Islam adalah berjuang dengan sungguh-sungguh. Jihad dilaksanakan untuk melaksanakan misi utama manusia yaitu menegakkan agama Allah sesuai dengan cara yang telah ditetepkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
            Arti kata Jihad sering disalah pahami oleh beberapa orang karena ketidaktahuannya terhadap prinsip-prinsip Islam sebagai ‘perang suci’ (holy war); istilah untuk perang adalah qital, bukan jihad.
            Pada dasarnya, kata jihad berarti “berjuang” atau “berusaha dengan keras”, bukan berarti harus “perang dalam makna fisik”. Apabila jihad diartikan sebagai “perjuangan membela agama”, itu berarti berjihad adalah perjuangan menegakkan syariat Islam. Sehingga berjihad haruslah dilakukan setiap saat selama seorang muslim masih hidup.
            Ada sebuah pepatah sunda “Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok”. Pepatah yang sarat makna fiosofis ini menyiratkan hakikat kekuatan usaha yang kukuh, sabar, ulet, pantang menyerah. Dapat dibayangkan bagaimana mungkin tetesan air yang sedemikian lembut menimpa batu keras hingga cekung. Butuh waktu berapa lama air itu bekerja untuk memperoleh hasil besar seperti itu? Kita bisa renungkan betapa besar kesabaran dan keteguhan sehingga dapat menghasilkan dampak dahsyat yang sulit dibayangkan.
            Pada kenyataannya memang banyak karya besar yang lahir dari proses yang tak seberapa, namun di tempuh melalui perjalanan yang panjang dan hasrat besar untuk mewujudkan suatu cita-cita. Ketekunan itu sanggup mengalahkan hambatan yang dipandang mustahil sekalipun. Tidak ada yang tidak mungkin apabila suatu keinginan diusahakan melalui proses, sesederhana apapun.
            Karya besar tidak selalu lahir  dari fasilitas yang lengkap dan mewah. Karya besar akan mengalir dari “mimpi” orang-orang yang memiliki pendirian dan tekun dalam melakukan usaha untuk mewujudkan mimpi tersebut. Sejumlah ilmuwan, negarawan, dan para pengusaha besar yang sukses selalu lahir dari kesungguhan yang sarat usaha, bukan dari sekedar fasilitas yang mereka punya.
            Rasulullah saw. telah berhasil menunjukkan contoh sempurna (uswah hasanah) dalam mewujudkan cita-cita besar untuk membangun masyarakat yang mendunia melalui karya-karya sederhana dengan fasilitas seadanya. Keberhasilannya mewujudkan cita-cita besar itu dilalui dengan kerja keras yang penuh dengan tantangan. Rasulullah berhasil mewujudkan cita-cita sesuai dengan petunjuk Al-Quran. Ia memulainya dengan usaha sederhana, meyakinkan kebenaran ajaran Islam dari orang per orang hingga akhirnya dapat mewujudkan misi rahmatan lil ‘alamin.
            Lalu misi itu dilanjutkan oleh para sahabatnya secara perlahan. Para sahabat memulai nya dengan mengingat kembali seluruh Sunnah yang pernah diperoleh selama Rasulullah masih ada. Kemudian para sahabat menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang masih tercecer di daun-daun kurma dan di kepala para sahabat. Hsl tersebut bukan suatu pekerjaan yang sederhana. Tetapi hal itu dapat dilalui hingga misi kerasulan itu menyebar ke seluruh penjuru dunia. Semuanya berlangsung dalam alur cita-cita dan keinginan kuat yang dilakukan para sahabat Rasulullah saw.
            Kini terdapat ribuat pengahafal Al-Quran yang berasal dari bangsa-bangsa di luar penggunaan bahasa Al-Quran (bahasa Arab) dan bukan pula orang-orang yang setiap harinya akrab dengan bahasa Arab. Namun mereka dapat menghafal dengan sempurna 30 juz Al-Quran. Mereka memulai dari 1 ayat. Kemudian dengan keinginan yang kuat yang berasal dari dalam dirinya, ayat demi ayat dilalui secara perlahan, hingga 6.000 lebih ayat Al-Quran dapat mereka hafalkan secara sempurna.
            Tidak ada satu kitab suci pun selain Al-Quran yang berhasil dihafalkan oleh para penganutnya. Tetapi, diantara ratusan juta pembaca Al-Quran, banyak yang bisa menghafalnya. Dan hal itu dapat diperoleh dengan keinginan yang kuat dan dibarengi usaha yang amat sungguh-sungguh. Ibarat pepatah Sunda, Cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok, perlahan tapi pasti, ayat Al-Quran dapat dihafalkan.
            Bahkan seorang yang tak bisa melihat pun dapat menghafalkan Al-Quran. Mereka dapat menghafal Al-Quran melalui pendengaran, orang yang membacakannya. Begitu sulit dibayangkan bagaimana proses itu dapat mereka lalui. Yang pasti, mereka melaluinya dengan cita-cita, keinginan dan keyakinan serta kerja keras yang merka lakukan.
            Apabila pepatah Sunda tersebut kita telaah, mengapa tetesan air dapat menembus batu yang begitu keras, ada beberapa kata kunci yang perlu direnungkan. Pertama, ia fokus pada satu titik yang dituju. Ia tidak melakukan banyak hal pada saat yang hampir bersamaan. Dan apabila tetesan air tersebut digambarkan sebagai sosok yang tengah melakukan suatu pekerjaan, air itu melakukannya dengan kerja keras, konsisten dan penuh kesabaran. Dan akhirnya air itu dapat menaklukkan kerasnya batu.
            Selain itu, tersirat cita-cita dan keinginan kuat untuk memperoleh sesuatu sesuai tujuan. Keinginan tersebut masuk dalam diri dan berubah kedalam bentuk kerja keras dan sikap yang konsisten. Dalam islam, kekuatan-kekuatan tersebut dapat disebut sebagai jihad, yaitu konsistensi tindakan dalam melakukan suatu usaha melalui kerja keras tanpa melihat untung-rugi yang akan di dapat terlebih dahulu. Pertimbangannya menjadi sangat sederhana, yaitu mengerjakan sesuatu dengan penuh cinta. Hasilnya adalah kepuasan batin karena telah menunaikan salah satu kewajiban manusia untuk tak pernah lelah berikhitiar.
            Ini adalah salah satu ukuran tujuan hidup manusia yang diisyaratkan dalam Al-Quran. Dan Al-Quran dengan tegas menyatakan tugas utama manusia adalah untuk beribadah, yaitu pengabdian untuk senantiasa berkarya nyata sesuai kemampuan yang telah dianugerahkan kepada kita. Dalam konteks ini, ibadah dapat diartikan sebagai kesungguhan dalam melakukan suatu amal untuk memperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena itu, ajaran dalam Islam tidak membatasi ibadah hanya pada aspek-aspek ritual mahdah, tapi juga amal-amal ghair mahdah yang perwujudannya dapat sangat bervariasi.
            Jadi, jihad sesungguhnya merpakan pilihan-pilihan amal yang dilakukan dengan sepenuh hati dan istiqamah. Kuncinya adalah kesungguhan dalam mengelola cita-cita.

Sumber: Beramallah, sekecil apa pun, Asep Saeful Muhtadi